Permasalahan Menghadapi
MEA
Tingkat daya saing yang belum memuaskan dan iklim
investasi yang belum sepenuhnya mendukung kalangan dunia usaha, harus menjadi
prioritas masalah yang harus diselesaikan. Juga kesiapan para pelaku usaha di
bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UKM) termasuk Industri Kecil dan
Menengah (IKM) yang merupakan bagian dari sektor UKM bidang industri, perlu
menjadi perhatian serius pemerintah menghadapi persaingan yang ketat dengan
pelaku UKM dan IKM di negara-negara ASEAN lainnya.
Permasalahan umum UKM dalam menghadapi MEA, yaitu:
(1) persaingan yang makin tajam, termasuk dalam memperoleh sumber daya, (2)
menjaga dan meningkatkan daya saing UKM sebagai industri kreatif dan inovatif,
(3) meningkatkan standar, desain dan kualitas produk agar sesuai ketentuan
ASEAN (Misal ISO-26000), (4) diversifikasi output dan stabilitas pendapatan
usaha mikro agar tidak “jatuh” ke kelompok masyarakat miskin, (5) meningkatkan
kemampuan UKM agar mampu memanfaatkan fasilitas pembiayaan yang ada, termasuk
dalam kerangka kerjasama ASEAN.
Adapun permasalahan khusus yang bersifat sistemik
yang menjadi kendala Indonesia maupun UKM dalam menghadapi MEA (Sumber: Warta
Ekonomi No. 26 Tahun XXI, 28 Desember 2009-10 Januari 2010 dan Deputi Bidang
Pengkajian Sumberdaya UKMK):
1.
Infrastruktur
a.
Jalan-raya 34.000 km, sebagian besar peninggalan jaman
Belanda.
b.
Jalan tol hanya 1,82% dari total jalan raya; pertumbuhan
dalam 1 dekade terakhir hanya 3% per tahun.
c.
Neraca listrik PLN defisit 10,95 gigawatt.
d.
Rasio panjang jalan dan jumlah pelabuhan adalah 4,5 ribu
km/pelabuhan.
2.
Regulasi
Masih perlu perbaikan pada indikator (1) starting business, (2) dealing
with permits, (3) employing workers,
(4) registering property, (5) getting credit,(6) protecting investors, (7) paying
taxes, (8) trading across borders,
(9) Enforcing contracts, (10) closing business.
3.
Konsumerisme
a.
Pertumbuhan ekonomi semakin ditopang oleh konsumsi publik
yang secara agregat tidak memberikan nilai tambah bagi masyarakat dan negara.
b.
Perilaku konsumtif disebabkan oleh tingkat pendidikan
rendah, perkembangan IT yang mempengaruhi gaya hidup, iklan yang semakin gencar
mendorong kearah konsumsi.
4.
Daya Saing dan Akses Pasar
a.
Berdasarkan laporan Global Competitive Report 2012-2014,
Indonesia menempati urutan ke-38 dari 148 negara untuk daya saing industri
logistik. Adapun data Bank Dunia menyebutkan Indonesia berada di urutan 59 dari
155 negara pada 2012 dan data Trading Economics pada 2013 menempatkan Indonesia
di urutan 61 dari 165 negara.
b.
Kurang paham akan FTAs – implikasi dan manfaatnya.
c.
Aktivitas promosi ekspor terbatas.
d.
Penggunaan e-channel
dan e-commerce belum meluas.
e.
Masih ada hambatan non-tarif.
f.
Kurang faham akan fasilitas perdagangan
prosedurkepabeanan.
g.
Tidak ada market intelligence di ASEAN dan luarASEAN.
h.
Mahalnya biaya untuk menyesuaikan standar dansertifikasi
internasional (seperti: HACCP, GMP, halal, ISO,analisa sertifikasi).
5.
Infrastruktur Teknologi serta Jasa Konsultasi dan
informasi
a.
Pertumbuhan jaringan telepon per 1.000 orang dan
pemakaian teleponbergerak per 1.000 orang masih rendah dibanding Malaysia,
Singapura dan Thailand.
b.
Berdampak pada ketertinggalan pelaku usaha dalam hal
akses kepada datadan informasi pasar.
c.
Informasi masih belum terpusat.
d.
Biaya membuat sistem informasi virtual secarakomprehensif
dan terpusat masih mahal.
e.
Perlu melatih konselor bisnis.
f.
Kurang faham akan tersedianya layanankonsultasi.
g.
Perlu pengembangan template standar, misalperencanaan
bisnis dan pemasaran bagi UKM.
6.
Akses Permodalan
a.
Data World Bank 2008 menunjukkan bahwa akses pada
permodalan masih lebih baik daripada China dan India, namun masih berada di
bawah Malaysia, Thailand dan Singapura. Tetapi masalaah utama adalah tingkat
suku bunga (Indonesia adalah yang tertinggi di ASEAN), maksudnya tingkat suku
bunga yang tinggi bagi UKM.
b.
Bank masih ragu memberikan pinjaman kepada UKM,khususnya
untuk pengusaha pemula dan UKM inovatif.
c.
Kewajiban penggunaan jaminan dalam pinjaman.
d.
Lembaga jaminan kredit belum ada atau terbatas.
e.
Pemeringkat kredit dan sistem informasi kredit tidak ada.
f.
Lembaga keuangan non-bank kurang berkembang (seperti venture capital, angel investment, factoring
dan leasing).
g.
Sebagian terbesar UKM tergantung pada lembaga keuangan
informal.
7.
Kualitas Sumberdaya Manusia (SDM)
Salah satu faktor hambatan utama bagi sektor UKM dan IKM untuk bersaing
dalam era pasar bebas adalah kualitas sumberdaya manusia (SDM) pelaku UKM dan
IKM yang secara umum masih rendah.
8.
Teknologi dan Inovasi
a.
Investasi UKM untuk R&D masih rendah sehingga produktivitas
dan efisiensinya rendah.
b.
Dana untuk komersialisasi R&D tidak tersediakarena
ketidakpastian permintaan, pasar dan cash
flow.
c.
Apresiasi dan promosi UKM inovatif belum berkembang luas.
d.
Mahalnya biaya sertifikasi.
|
Yang jual Bule Belanda Asli. Kompetitor bagi UKM Indonesian terutama dalam bidang SDM |
Peluang Ekonomi
Asean Bagi UKM
AEC
memberikan peluang bagi negara-negara anggota ASEAN untuk memperluas
cakupan skala ekonomi, mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi,
meningkatkan daya tarik sebagai tujuan bagi investor dan wisatawan, mengurangi
biaya transaksi perdagangan, serta memperbaiki fasilitas perdagangan dan
bisnis. Di samping itu, pembentukan AEC juga akan memberikan kemudahan dan
peningkatan akses pasar intra-ASEAN serta meningkatkan transparansi
dan mempercepat penyesuaian peraturan- peraturan dan standardisasi domestik.
Beberapa potensi Indonesia untuk merebut persaingan AEC 2015, antara lain:
1. Globalisasi
ekonomi terutama konteks implementasi MEA dapat menciptakan peluang pasar bagi
produk UKM. Pasar ASEAN sebesar 600 juta, dengan jumlah kelas menengah yang
semakin meningkat. Menurut catatan Asian Development Bank (ADB), kelas-menengah
ASEAN berjumlah 24% pada 2010 akan meningkat menjadi 65% pada 2030.
2. Potensi
pengembangan industri nasional dan mendorong Indonesia sebagai production base
di kawasan dengan ditopang pasar domestik yang besar, penduduk usia
muda/produktif, investasi yang meningkat dan sumber daya alam yang besar.
3. Perdagangan
intra-ASEAN cenderung meningkat, tetapi porsinya masih relatif kecil (25%).
4. Keunggulan produk
KUKM (memiliki keunikan/nilai seni tinggi berbasis kebudayaan lokal, handmade)
dan telah memenuhi standar kualitas (Eropa Timur, UEA, & China peluang
pasar untuk produk kerajinan).
5. Dukungan
kebijakan pemerintah/lintas terkait
(Hulu: peningkatan daya saing produk (diklat, sertifikasi produk,
penguatan branding, dll) dan Hilir : promosi & pemasaran melalui fasilitasi pameran, temu bisnis, konsolidasi
kargo)
6. Semakin
terbukanya peluang kerjasama ekonomi
bilateral, kawasan, regional.
7. Indonesia
merupakan pasar potensial yang memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk yang
terbesar kawasan (40% dari total penduduk ASEAN). Hal ini dapat menjadikan
Indonesia sebagai Negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin
pasar ASEAN di masa depan dengan kesempatan penguasaan pasar dan investasi.
8. Indonesia
merupakan negara tujuan investor ASEAN. Proporsi investasi negara ASEAN di
Indonesia mencapai 43% atau hamper tiga kali lebih tinggi dari rata-rata
proporsi investasi negara-negara ASEAN di ASEAN yang hanya sebesar 15%.
9. Indonesia
berpeluang menjadi negara pengekspor, dimana nilai ekspor Indonesia ke
intra-ASEAN hanya 18-19% sedangkan ke luar ASEAN berkisar 80-82% dari total
ekspornya, Hal ini berarti peluang untuk meningkatkan ekspor ke intra-ASEAN
masih harus ditingkatkan agar laju peningkatan ekspor ke intra-ASEAN berimbang
dengan laju peningkatan impor dari intra-ASEAN.
10. Liberalisasi
perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran arus barang untuk pasokan
bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN karena hambatan tarif dan
non-tarif sudah tidak ada lagi. Kondisi pasar yang sudah bebas di kawasan
dengan sendirinya akan mendorong pihak produsen dan pelaku usaha lainnya untuk
memproduksi dan mendistribusikan barang yang berkualitas secara efisien
sehingga mampu bersaing dengan produk-produk dari Negara lain. Di sisi lain,
para konsumen juga mempunyai alternatif pilihan yang beragam yang dapat dipilih
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, dari yang paling murah sampai yang
paling mahal. Indonesia sebagai salah satu negara besar yang juga memiliki
tingkat integrasi tinggi di sektor elektronik dan keunggulan komparatif pada
sektor berbasis sumber daya alam, berpeluang besar untuk mengembangkan industri
di sektor-sektor tersebut di dalam negeri.
11.
Indonesia sebagai
negara dengan jumlah populasi terbesar akan memperoleh keunggulan tersendiri,
yang disebut dengan bonus demografi. Perbandingan jumlah penduduk produktif
Indonesia dengan negara-negara ASEAN lain
adalah 38:100, yang artinya bahwa setiap 100 penduduk
ASEAN, 38 adalah warga Negara Indonesia. Bonus ini diperkirakan
masih bisa dinikmati setidaknya sampai dengan 2035, yang diharapkan
dengan jumlah penduduk yang produktif akan mampu menopang
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita penduduk
Indonesia.
|
Tomago Okomiyagi dengan harga kaki 5 sekelas kantong mahasiswa bisa di dapat dengan harga murah dan enak tidak perlu ke Resto Jepanng |
Penutup
Masyarakat Indonesia, terutama pelaku usaha perlu
merubah mind set dalam memandang AEC
2015. AEC bukan sebuah ancaman bagi pelaku usaha melainkan ajang untuk
mengevaluasi kinerja usaha sehingga mampu melakukan perbaikan-perbaikan yang
perlu dilakukan. Harapannya, baik pemerintah maupun pelaku usaha harus terus
menjalin dialog yang berkelanjutan sebagai basis pembuatan kebijakan. Keduanya
harus saling membahu demi kemajuan negara, khususnya dalam menyongsong AEC 2015
mendatang.
Keterbukaan integrasi ekonomi ASEAN mengisyaratkan
perlunya upaya sinergi, kerjasama dan aktualisasi komitmen yang komprehensif,
sehingga UKM dan IKM memperoleh
manfaat dengan diberlakukannya MEA 2015. Forum ini perlu dilakukan secara
berkesinambungan sebagai langkah untuk mengkonsolidasikan komitmen dan
sumberdaya dari Pemerintah (pusat dan daerah) serta stakeholders/pemangku
kepentingan sesuai tupoksi dan peraturan perundang-undangan untuk pembangunan
UKM yang berdaya saing menuju MEA 2015.
Catatan harianku...alhamdulillah sudah di ijinkan momong membawa anak-anakku jalan aku manfaatkan sebaik mungkin ,sambil belajar dan observasi penelitian bagi UKM pedagang Sunday Morning UGM.